Transformasi atau transformation adalah perubahan ( bentuk, sifat, dan fungsi ),( Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002 ), makna transformasi kurang lebih mengubah stroktur dasar menjadi stroktur lahir dengan menerapkan kaidah transformasi tersebut. Perubahan-perubahan budaya yang terjadi di Kalimantan Selatan ini terjadi melalui proses secara alami ( transformasi ) nampak terlihat pada bentuk budaya yang selama ini berkembang di Kalimantan Selatan seperti bahasa, sistem mata pencaharian, bentuk arsetektur. Proses transformasi berlangsung akibat adanya pengaruh atau masuknya kebudayaan berasal dari luar Kalimantan Selatan sendiri.
Dalam Hikayat Banjar diceritakan bagaimana seorang Empu Jatmika dan rombongan datang ke Kalimantan Selatan, mendirikan kerajaan yang dikenal dengan nama Negara Dipa sebagai cikal-bakalnya kerajaan Banjar. Dialog antara budaya lokal dan jawa terjadi secara luwes dan kelenturan dalam bersikap mampu membangun komunikasi budaya dengan cerdik, sehingga kehidupan masyarakat baik material maupun spiritualnya mendapat inspirasi dari Jawa ( majapahit ), dalam arti lain bukan terjadi proses Jawanisasi melainkan Pra Bajarnisasi. Runtuhnya Majapahit pada abad ke–16, berdampak terhadap kehidupan masyarakat Banjar, dengan masuknya agama Islam yang dibawa Khatib Dayan pada abad XVI, hingga berdirinya kerajaan Islam yaitu kesultanan Banjar. Akhirnya agama Islam mengentalkan dan memunculkan identitas keBanjaran.
Paparan di atas mengisaratkan, bahwa perubahan budaya dalam bentuk tranformasi masih berjalan atau masih berdialog. Dialog dalam transformasi yang melahirkan peradapan budaya Banjar.
Kita semua tahu bahwa 10.000 tahun sebelum masehi Kalimantan merupakan bagian dari benua Asia. Karena proses geologi dan perubahn iklim dunia akhirnya memisahkan daratan yang lebih tinggi dengan Asia karena naiknya permukaan air laut. Ditemukannya ikan patin, lais, seluang di kepulauaan Kalimantan maupun di Sumatera mungkin dapat menjadi bukti migrasi jenis biota air. Migrasi ini juga terjadi pada manusia penghuni kedua pulau bahkan dari luar kedua pulau tersebut melalui proses secara alami. Pada rentang waktu ribuan tahun akhirnya terbentuk pemukiman-pemukiman di pesisir pantai hingga pedalaman Kalimantan.
Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, Budha, dan kemudian Islam karenanya harus dipahami sebagai sebuah hasil dari proses kebudayaan yang sangat panjang. Dinamika sosial-budaya masyarakat Kalimantan yang dipengaruhi oleh sejarah akhirnya membentuk pola masyarakat yang kita kenal sekarang. Dayak, Banjar, Bugis, Melayu, jawa, sunda, dan Madura secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendirimenyumbangkan kekayaan budaya penduduk Kalimantan.
Dalam Hikayat Banjar diceritakan bagaimana seorang Empu Jatmika dan rombongan datang ke Kalimantan Selatan, mendirikan kerajaan yang dikenal dengan nama Negara Dipa sebagai cikal-bakalnya kerajaan Banjar. Dialog antara budaya lokal dan jawa terjadi secara luwes dan kelenturan dalam bersikap mampu membangun komunikasi budaya dengan cerdik, sehingga kehidupan masyarakat baik material maupun spiritualnya mendapat inspirasi dari Jawa ( majapahit ), dalam arti lain bukan terjadi proses Jawanisasi melainkan Pra Bajarnisasi. Runtuhnya Majapahit pada abad ke–16, berdampak terhadap kehidupan masyarakat Banjar, dengan masuknya agama Islam yang dibawa Khatib Dayan pada abad XVI, hingga berdirinya kerajaan Islam yaitu kesultanan Banjar. Akhirnya agama Islam mengentalkan dan memunculkan identitas keBanjaran.
Paparan di atas mengisaratkan, bahwa perubahan budaya dalam bentuk tranformasi masih berjalan atau masih berdialog. Dialog dalam transformasi yang melahirkan peradapan budaya Banjar.
Kita semua tahu bahwa 10.000 tahun sebelum masehi Kalimantan merupakan bagian dari benua Asia. Karena proses geologi dan perubahn iklim dunia akhirnya memisahkan daratan yang lebih tinggi dengan Asia karena naiknya permukaan air laut. Ditemukannya ikan patin, lais, seluang di kepulauaan Kalimantan maupun di Sumatera mungkin dapat menjadi bukti migrasi jenis biota air. Migrasi ini juga terjadi pada manusia penghuni kedua pulau bahkan dari luar kedua pulau tersebut melalui proses secara alami. Pada rentang waktu ribuan tahun akhirnya terbentuk pemukiman-pemukiman di pesisir pantai hingga pedalaman Kalimantan.
Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, Budha, dan kemudian Islam karenanya harus dipahami sebagai sebuah hasil dari proses kebudayaan yang sangat panjang. Dinamika sosial-budaya masyarakat Kalimantan yang dipengaruhi oleh sejarah akhirnya membentuk pola masyarakat yang kita kenal sekarang. Dayak, Banjar, Bugis, Melayu, jawa, sunda, dan Madura secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendirimenyumbangkan kekayaan budaya penduduk Kalimantan.
Transformasi budaya di Kal-Sel tentunya tidak terlepas dari kepribadian masyarakatnya sendiri, apakah melakukan rejection (penolakan) atau malah menerima budaya yang asalnya dari luar tersebut...
BalasHapusDisesuaikan dengan nilai-nilai kultural yang telah dimiliki masyarakat sebelumnya,,,
budaya jangan pina tapi di ubah kalo caur
BalasHapusBudaya, Makanan apa itu? hehehe. Yach memang Budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kalsel sangat unik dan heterogen. Tinggal kita saja yang menyikapi keberadaanya. Mau di lestarikan atau di tinggalkan.
BalasHapusIya grank? Bujur juwa kah..??
BalasHapusheee...